Puja Mandala, Miniatur Kerukunan di Pulau 'Seribu Pura'

Berawal dari
keinginan umat Islam untuk mendirikan masjid di Nusa Dua. Namun, karena izin
sulit didapatkan dengan alasan tidak memenuhi syarat pendirian bangunan ibadah
yang harus mempunyai 500 KK pemeluk agama tempat ibadah yang hendak didirikan,
keinginan itu belum dapat dilaksanakan. Kemudian, pihak MUI bersama Yayasan
Ibnu Batutah datang ke Jakarta untuk meminta persetujuan. Akhirnya, ada
inisiatif dari Menteri Parpostel, yang saat itu dipegang oleh Joop Ave, untuk
membangun tempat ibadah kelima agama di satu komplek. Ide ini didapat atas dasar
keinginan presiden Soeharto yang menginginkan adanya tempat ibadah kelima agama
yang berdiri di satu tempat, sebagai miniatur kerukunan hidup beragama.
Puja Mandala Nusa Dua
mulai dibangun tahun 1994 atas bantuan PT. BTDC (Bali Tourism Development Centre)
yang memberikan bantuan tanah untuk membangun kelima tempat ibadah tersebut.
Tanah itu dibagi sama besar dan luasnya.Selanjutnya, Untuk pendirian bangunan
diserahkan sepenuhnya oleh umat masing-masing agama, dengan aturan pendirian
bangunan tersebut harus sama tingginya.
Tahun 1997, Puja
Mandala Nusa Dua secara resmi disaahkan oleh Menteri Agama Bapak Tarmidzi
Taher. Saat itu hanya Gereja Bunda Maria Segala Bangsa (Katholik), Jemaat Bukit
Doa (Protestan) dan Masjid Ibnu Batutah yang sudah selesai pembangunannya.
Sedangkan, Wihara Budhina Guna (Budha) baru selesai pembangunannya pada tahun
2003.
Di sekitar komplek
banyak terdapat ruko, toko, dan warung-warung. Dalam jarak satu kilometer dari
komplek Puja Mandala, Nusa Dua, terdapat komplek perumahan. Satu kilometer ke
arah atas, terdapat perumahan Puri Campial, Pondok Campial, dan Campial Indah,
sedangkan satu kilometer ke bawah terdapat perumahan Bualu Indah 2. Dengan
suasana perbukitan yang sejuk semakin menambah keindahan komplek tersebut.
Kerukunan hidup dan
suasana saling menghormati terlihat jelas dalam keseharian lingkungan komplek
Puja Mandala Nusa Dua. Seperti yang dituturkan ibu Faiqoh Sholeh, istri dari
takmir Masjid Ibnu Batutah, bapak Sholeh Wahid, yang membuka toko pakaian adat
dan busana muslimah/muslim tepat di depan komplek Puja Mandala Nusa Dua,
“Tujuan dari
pendirian tempat ibadah ini merupakan percontohan miniatur kerukunan hidup
bersama”, ujarnya. Lalu, ketika ditanya apakah pernah ada perselisihan antar
agama di daerah tersebut, dengan tegas ia menjawab “Tidak, justru kami berusaha
untuk saling membantu dan menghormati”
Keunikan yang baru
satu-satunya di Indonesia ini merupakan kawasan yang dianggap sebagai contoh
kerukunan umat beragama di Indonesia dan menjadi tempat wisata yang sangat
diminati, baik oleh wisatawan asing ataupun domestik.
Komentar
Posting Komentar